Posted in Artikel Islami by abufudhail | Artikel Islami
Disusun oleh Ustadz Abu Ahmad Said Yai, Lc Khafidullah
[ Khutbah Pertama ]Hadirin rahimakumullah.
Marilah senantiasa kita bertakwa kepada Allah Subhaanahu Wa Ta’ala sebagaimana diperintahkan kepada kita seluruh kaum Muslimin. Ketahuilah, wahai saudara-saudaraku, takwa adalah sebuah kata yang sangat ringan dan mudah diucapkan, tetapi berat dalam melaksanakannya. Pada hari ini saja, cobalah kita mengingat berapa banyak dosa yang telah kita lakukan? Berapa banyak dosa yang telah diperbuat oleh hati-hati kita? Sebagai contoh, iri terhadap orang lain yang telah diberi harta yang melimpah dan rezekiyang banyak. Sudahkan hati kita selamat darinya pada hari ini?
Hadirin rahimkumullah.
Ketahuilah! Rezeki bagaikan hujan yang tidak terbagi secara merata. Hujan, terkadang turun di daerah pegunungan, tidak di padang sahara atau sebaliknya; Terkadang turun di pedesaan tidak di perkotaan atau sebaliknya dan begitu seterusnya.
Hujan bisa membawa rahmat, tapi terkadang bisa mendatangkan derita. Ingatlah ketika Allah ‘Azza Wa Jalla menenggelamkan kaum Nabi Nuh ‘Alaihis Salaam yang membangkang! Dengan apa Allah Subhaanahu Wa Ta’ala membinasakan mereka? Dengan hujan yang menyebabkan banjir dahsyat.
Begitu juga harta atau bahkan kesenangan dunia secara umum! Allah Subhaanahu Wa Ta’ala tidak membagikannya merata kepada setiap orang. Ada yang kaya, ada yang miskin dan ada yang berkecukupan. Harta, terkadang bermanfaat bagi hamba, namun terkadang harta bisa menyeret ke lembah nista yang berujung derita.
Hadirin rahimakumullah. (Semoga Allah ‘Azza Wa Jalla menganugerahkan rahmat-Nya kepada kita)
Jika kita semua sudah mengetahui dan menyadari bahwa rezeki telah diatur oleh Allah ‘Azza Wa Jalla, semua telah dibagi oleh Allah ‘Azza Wa Jalla, lalu apa yang harus kita lakukan? Buat apa kita mengeluh dengan rezeki yang sedikit? Buat apa kita iri dengan orang lain? Buat apa merasa hina? Apakah harta bisa menjamin pemiliknya akan masuk surga? Apakah kesenangan dunia bisa menjamin untuk mendapatkan keridhaan Allah Subhaanahu Wa Ta’ala?
Kepada orang-orang yang telah diberikan harta lebih dan berkecukupan, kita katakan, Buat apa kalian bangga dengan kekayaan kalian? Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Saya pernah berdiri di pintu surga, ternyata sebagian besar yang masuk ke dalamnya adalah orang-orang miskin…Dan saya pun pernah berdiri di pintu neraka, ternyata sebagian besar yang masuk ke dalamnya adalah para wanita (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits yang kami bawakan adalah peringatan untuk semua orang kaya dan berkecukupan. Dalam hadits di atas, dengan sangat jelas, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan bahwa penghuni surga kebanyakan berasal dari orang-orang kaya? Oleh karena itu, sepantasnya kita memperhatikan harta-harta kita dengan lebih seksama lagi, dari mana diperoleh dan bagaimana penggunaannya?
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga pernah bersabda:
Orang-orang fakir yang beriman akanmasuk surga mendahului orang-orang kaya selama setengah hari (di akhirat), (yang setara) dengan lima ratus tahun (di dunia). (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah dengan sanad yang hasan)
Suatu ketika, sesaat setelah membaca ayat:
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu (QS. A-Takatsur/102:1)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Seorang anak Adam berkata, “Hartaku! Hartaku!” (Allah pun) berfirman, “Wahai anak Adam! Tidaklah engkau mendapatkan sesuatu apapun dari hartamau keculai apa-apa yang kamu makan kemudian engkau buang serta apa-apa yang engkau kenakan kemudian engkau menjadikannya lusuh atau apa yang enkau sedekahkan kemudian engkau kekalkan.
Orang kaya bisa saja membeli makanan yang sangat mahal sampai 100 porsi atau lebih. Tetapi, apakah dia sanggup menghabiskan semuanya dalam satu waktu? Tentu tidak. Orang kaya bisa saja membeli pakaian yang sangat mahal sampai 1000 jenis pakaian atau lebih. Tetapi, apakah dia bisa memakai semuanya dalam satu waktu? Tentu tidak.
Harta yang banyak ketika pemiliknya wafat, apakah akan dibawa mati pula? Tidak! Harta tersebut akan menjadi hak ahli warisnya. Jadi, apa yang sebenarnya yang dicari di dunia ini?
Apakah ketenaran? Apakah pujian? Apakah kedudukan di dunia?
Subhanallah! Sungguh hina jika yang menjadi tujuan hidup adalah hal-hal tersebut. Bersedekahlah! Ber-infaq-lah di jalan Allah! Bukakanlah pintu-pintu kebaikan untuk orang lain. Sesungguhnya sedekah itu tidak akan mengurangi harta, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang bisa mencari rezeki dengan cara yang halal dan baik serta dapat memanfaatkannya di jalan yang diridhai oleh Allah Subhaanahu Wa Ta’ala.
[ Khutbah Kedua ]
Rasulullah pernah bersabda: Demi Allah! Bukanlah kemiskinan yang saya takutkan pada kalian. Akan tetapi yang saya takutkan pada kalian adalah dunia dilimpahkan kepada orang-orang sebelum kalian, Sehingga kalian berlomba-lomba mengejarnya dan dunia akan menghancurkan kalian sebagaimana dia telah menghancurkan mereka. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits yang kami bacakan tadi dengan gamblang menjelaskan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak terlalu mengkhawatirkan jika umatnya miskin. Justru yang beliau takutkan adalah keadaan umatnya yang berlomba-lomba mengejar dunia, sehingga melalaikan mereka dari akhirat.
Setelah kita mendengar hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ini, mestinya kita mau mengaca diri dan menilai diri kita sejujurnya. Adakah kita yang saat ini sedang berkumpul di rumah Allah ‘Azza Wa Jalla termasuk orang-orang yang terlalaikan oleh keindahan dunia yang menipu ini?
Kekayaan apakah yang sebenarnya harus kita miliki?
Coba perhatikan hadits yang akan saya bacaakan:
Bukanlah yang dinamakan kekayaan itu dengan banyaknya barang, akan tetapi kekayaan (yang sesungguhnya) adalah kekayaan jiwa/hati.
Hadits yang baru disebutkan menjelaskan bahwa kekayaan hakiki adalah kekayaan hati yang dimiliki oleh seorang Mukmin, yaitu rasa puas, ridha dan bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla. Inilah yang dinamakan dengan qana’ah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diberikan rasa qana’ah yang sangat tinggi.
Jika kita menginginkan dunia maka dunia tidak akan pernah ada habisnya. Jika seseorang memiliki satu gunung emas, niscaya dia akan menginginkan dua gunung emas atau lebih banyak lagi.
Sampai kapan orang-orang yang mengejar dunia akan puas? Mereka tidak akan pernah puas kecuali kalau mulut-mulut mereka sudah dipenuhi dengan tanah, maksudnya kematian telah menjemput.
Dunia bukan tujuan hidup kita. Oleh karena itu, marilah kita fokuskan diri kita untuk benar-benar beribadah kepada Allah dan mengisi sisa-sisa hari kita ini dengan takwa kepada Allah ‘Azza Wa Jalla.
Hadirin rahimakumullah.
Inilah beberapa nasihat yang bisa kami sampaikan pada khutbah Jumat ini. Mudah-mudahan khutbah yang singkat ini bisa bermanfaat.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XIV/1432H/2011M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183]
SEMOGA MENDAPAT PAHALA
0 komentar:
Posting Komentar